Selasa, 06 Oktober 2015

Another Museum Trip

Awalnya kita menghadiri undangan pernikahan teman kerja suami di Salemba. Berhubung jalan pulang melewati banyak museum sejarah, seperti biasa papah Emir semangat 45 untuk ajak kita ke Museum. Walaupun jujur aku agak takut kalau mau masuk museum, apalagi museum sejarah, secara ya, museum itu kan malam-malam ga ada penghuninya, apalagi yang situs asli dimana sejarahnya berada, spooky-spooky gimana kan. Tapi seperti biasa, selalu semangat kalau yang namanya jalan-jalan kemana pun, pasti ada pengalaman dan ilmu baru ya kan. 


Museum Juang 45
Museum ini terletak di Jl. Menteng Raya No.31, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340 , menurut tulisan yang aku sempat baca di dalamnya, dulunya museum ini adalah hotel milik keluarga Belanda-Betawi, sampai akhirnya diajukan sebagai Museum Djoeang 45, jadi ya (Alhamdulillah) ga terlalu mencekam. Isinya berupa miniatur, foto, lukisan, patung, semboyan-semboyan juang dan barang peninggalan selama masa perjuangan kemerdekaan. 

Yang paling menarik hati itu lihat 3 mobil kepresidenan asli pada zamannya. Ada mobil dinas RI 1 milik Ir. Soekarno, RI 2 miik bung Hatta yang merupakan buatan dalam negeri dan hadiah dari paman Bung Hatta sendiri untuk mobil dinasnya dengan maksud agar mobil tersebut tidak dirampas Jepang, mobil itu juga menemani Bung Hatta selama menjalankan jabatannya menjadi wapres di Jakarta dan Yogyakarta. Satu lagi adalah mobil dinas Ir. Soekarno yang menjadi saksi bisu peristiwa peledakan Cikini dimana Soekarno berusaha dibunuh dengan granat ketika sedang berada di dalam mobil. Seru deh lihat mobil aslinya yang masih oke, dan kelihatan banget ya kalau benda-benda zaman dahulu itu kokoh luar biasa, besi mobilnya aja kelihatan berat, kalau zaman sekarang kan gampang penyok, hihi.

Waktu kita berkunjung ke museum ini, ternyata sedang ada acara pernikahan di halaman belakang museum, dan para tamu undangan memang sudah plus dapat tiket untuk melewati museumnya terlebih dahulu. Seru juga ya pemasaran museumnya, jadi lebih banyak orang yang dapat melihat museum ini. Waktu kita pulang pun ada pasangan yang akan menikah di sana juga yang sedang survey tempat. Ga sangka kan museum bisa juga jadi tempat melangsukan resepsi pernikahan. Tapi memang Museum Juang ini bangunannya nyaman, gabungan usur modern dan etniknya dapet banget. 

Nah, berhubung kita juga baru dari undangan pernikahan, masih pakai batik, dress plus high heels dong. Waktu kita mau beli tiket ya dapat tiket gratis, karena disangka juga tamu undangan. Awalnya kita juga bingung dan manut-manut aja dikasih tiket dan masuk, sampai di dalam baru ngeh kenapa, oalah rezeki Alhamdulillah. Tapi ya kita cukup tau diri untuk ga ikut ambil prasmanan ya, haha, berhubung sudah cukup kenyang, mungkin lain cerita kalau laper kali ya. 


Emir happy banget di sini, secara ya adem AC, dia bisa lari ke sana ke sini, lihat miniatur pesawat dan kapal perang kesukaannya, lihat miniatur proses perjuangan, dan lihat beberapa patung yang dipanggil-panggilnya.. Bapak, Bapak.. 

Hal berkesan lainnya adalah pajangan quotes Ir. Soekarno yang inspiratif dan keren banget, pada zamannya, di usianya bisa berpikiran seperti itu. Dari beberapa quotes yang dipajang, ini adalah favoritku;




Museum Sasmitaloka Jendral Besar A.H Nasution
Lanjut kita ke Museum A.H Nasution di jalan Teuku Umar No. 40, Jakarta Pusat, agak meragu sebenarnya karena kata suami ini merupakan rumah pribadinya tempat peristiwa G30SPKI dan penembakan Ade Irma Nasution, duh duh. Masuk ke sana ternyata museum ini  free tiket, karena ga ada bacaan harga tiket, loket, dan penjaganya pun mempersilahkan kami untuk langsung masuk ke dalam. 



Di dalamnya kita bisa lihat isi rumah Jendral ini yang memang masih dibiarkan seperti aslinya, ruang tamunya, ruang kerjanya, buku-buku karya beliau yang begitu banyak, foto-foto keluarganya, dan patung-patung yang ditempatkan sesuai persitiwa ketika pasukan cakra birawa menembus masuk rumah, ketika jendral melompat ke kedutaan Irak di sebelahnya, ketika anaknya tertembak, bahkan bekas peluru di langit-langit dan meja kayunya pun masih ada.  Museum ini awalnya memang kediaman keluarga Jendral Nasution, sampai diresmikan oleh Bapak SBY sebagai museum.


Di sini, waktu mau masuk kamar tempat kejadian, Emir ga mau masuk, takut, dan mulai ngambang air matanya, jadi ya aku dan Emir kembali ke ruang tamu, tunggu papahnya yang sedang keliling ditemani guide museum. Yah, namanya juga anak-anak ya, lebih sensitive kan. Di ruang tamunya sih Emir kembali ceria. Kemudian kita ke halaman belakang dan melihat mobil dinas bintang lima milik Jendral A.H Nasution.

Dari kujungan ke museum ini sih, Alhamdulillah dapat ilmu banyak. Baru tahu tentang cakra birawa, baru tahu kalau Pierre Tendean itu ajudannya Jendral Nasution, yang tertembak karena mengaku atau disangka Jendral Nasution, baru tahu kalau A.H Nasution itu kepanjangan dari Abdul Haris Nasution, baru tahu kalau ternyata di Indonesia sampai saat ini hanya ada 3 Jendral Besar berbintang lima; Jendral Besar Soedirman, Jendral Besar Soeharto, dan Jendral Besar A.H. Nasution. Gak akan pernah terlalu tua atau terlambat untuk tahu ya kan. Dari dulu soalnya kalau ada pelajaran tentang G30SPKI, ada film-filmnya kayaknya otakku berusaha untuk skip banyak hal, habis kan sadis banget ya untuk ukuran anak kecil mempelajari hal seperti itu, walaupun ya memang harus tahu bahwa perjuangan merebut kemerdekaan itu ya penuh darah dan air mata. Sampai dulu pernah kunjungan ke lubang buaya, kebawa mimpi, dan sampai sekarang trauma berkepanjangan gitu deh sama hal-hal yang menyangkut G30SPKI. 

Hal menyenangkan lainnya adalah kita di guide langsung, dijelaskan banyak hal oleh Bapak yang bertugas di tempat, ga sempat tanya namanya siapa, tapi memang ramah dan begitu tahu banyak hal, plus selalu menawarkan dirinya untuk memfoto kita di berbagai tempat. Bapak itu memang setiap hari bersama 2 temannya ditugaskan di sana, beliau dari TNI, jadi ya wajar ya tahu banyak masalah sejarah yang bersangkutan, dan kelihatan sekali mencintai perjuangan Bapak A.H Nasution dan keluarganya.

Mungkin kalau nanti Emir sudah SD dan dapat pelajaran sejarah, kita bisa kunjungan ulang ke museum yang berhubungan ya, supaya lebih dapat ilmu dan otentik sejarahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar