Jumat, 01 Agustus 2014

Emir Pulang Kampung

Lebaran 2014 ini keluarga besar suami pulang kampung ke Delanggu, Yogyakarta. Jadi Emir pun pulang kampung. Kita berangkat hari lebaran ke-2 jam 3 pagi. Harapannya supaya ga kena macet mudik, tapi ternyata.. berangkat macet, pulang pun macet parah. Kita berangkat hampir 25 jam perjalanan, dan pulang sekitar 2 hari 2 malam. Buatku rasanya ga terlalu capek atau bagaimana, tapi ga layak banget kita mudik dengan mobil innova dengan 6 orang dewasa, 2 remaja, dan 2 balita, sumpek banget, duduk aja susah. Tapi ya sudah, perjalanan pasti lebih merana kalau ga dinikmati kan..

Di kampung kita sekitar 5 hari. Lumayan lama ya, kakek nenek Emir di Jakarta kangennya ga kebendung sama Emir, belum pernah ditinggal Emir lama-lama soalnya, cucu pertama pula. Perlengkapan yang kita bawa 1 tas besar, 1 ransel kecil, 1 tas jinjing kecil, lumayan ringkas. Kita memang prepare pakaian untuk 5 hari 5 malam, baju dan perlengkapan renang, perlengkapan sholat, perlengkapan mandi, dan makanan kecil.

Alhamdulillah selama di mobil, walaupun macet parah, Emir ga terlalu rewel. Entah kenapa kalau masuk mobil Emir pasti minta nyusu dan tidur. Di kampung pun Emir senangnya luar biasa, karena memang Emir penggemar hewan, jadi seneng banget bisa lihat bebek dan kerbau di ngangon lewat depan rumah buyutnya. Bagian mandi di kali tiap pagi dan sore juga senang banget. 




Di sana, kita bertiga tiap malam wisata kuliner murah di sekitar Pasar Delanggu. Pertama kita makan lesehan di depan pasar delanggu. Tertarik karena tulisan harga di spanduknya. Dari kiri ke kanan di foto baris pertama sebelah kiri: soto kwali (1rb) sop manten (2rb), sop matahari (3rb). Untuk soto kwali sudah ada nasi di dalamnya, memang porsinya sedikit, tapi lumyan enak untuk sekedar ganjal perut, tempatnya pun ramai pembeli. Di foto baris kedua sebelah kiri juga sama soto kwali, cuma beda tempat, harganya pun lebih mahal seribu, tapi lebih enak memang rasanya dan lebih ramai dari tempat yang sebelumnya. 


 

Kalau ini mie jawa 10rb yang porsinya buanyak banget, 1 piring cukup untuk berdua. Tempatnya di depan pasar delanggu malam hari, sebenarnya dia model pedagang gerobak, tapi kita bisa duduk lesehan, tempat ini pun lumayan ramai. Mie jawa ini nama tempatnya: Sore-sore punya gawe, lucu ya..


Ada lagi sate legendaris Mbah Kacung namanya. Tapi sekarang yang jualan anak dan menantunya. harga seposinya 12rb, sate 10 tusuk plus lontong. Tapi bagaimanapun lidah orang Jakarta ga terlalu suka sama sate ini karena bumbunya terlalu manis. Ternyata memang kalau sate di Yogyakarta rasa bumbunya manis, karena kita pun coba sate di tempat lain juga sama manisnya.


Sepulang dari kampung alhamdulillah kita bertiga semakin erat satu sama lain.