Awalnya kita menghadiri
undangan pernikahan teman kerja suami di Salemba. Berhubung jalan pulang
melewati banyak museum sejarah, seperti biasa papah Emir semangat 45 untuk ajak
kita ke Museum. Walaupun jujur aku agak takut kalau mau masuk museum, apalagi
museum sejarah, secara ya, museum itu kan malam-malam ga ada penghuninya, apalagi
yang situs asli dimana sejarahnya berada, spooky-spooky gimana kan. Tapi
seperti biasa, selalu semangat kalau yang namanya jalan-jalan kemana pun, pasti
ada pengalaman dan ilmu baru ya kan.
Museum Juang 45
Museum ini terletak di Jl. Menteng Raya No.31, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10340 , menurut tulisan yang aku sempat baca di
dalamnya, dulunya museum ini adalah hotel milik keluarga Belanda-Betawi, sampai
akhirnya diajukan sebagai Museum Djoeang 45, jadi ya (Alhamdulillah) ga terlalu
mencekam. Isinya berupa miniatur, foto, lukisan, patung, semboyan-semboyan juang
dan barang peninggalan selama masa perjuangan kemerdekaan.
Yang paling menarik
hati itu lihat 3 mobil kepresidenan asli pada zamannya. Ada mobil dinas RI 1
milik Ir. Soekarno, RI 2 miik bung Hatta yang merupakan buatan dalam negeri dan
hadiah dari paman Bung Hatta sendiri untuk mobil dinasnya dengan maksud agar
mobil tersebut tidak dirampas Jepang, mobil itu juga menemani Bung Hatta selama
menjalankan jabatannya menjadi wapres di Jakarta dan Yogyakarta. Satu lagi
adalah mobil dinas Ir. Soekarno yang menjadi saksi bisu peristiwa peledakan
Cikini dimana Soekarno berusaha dibunuh dengan granat ketika sedang berada di
dalam mobil. Seru deh lihat mobil aslinya yang masih oke, dan kelihatan banget
ya kalau benda-benda zaman dahulu itu kokoh luar biasa, besi mobilnya aja
kelihatan berat, kalau zaman sekarang kan gampang penyok, hihi.
Waktu kita berkunjung
ke museum ini, ternyata sedang ada acara pernikahan di halaman belakang museum,
dan para tamu undangan memang sudah plus dapat tiket untuk melewati museumnya
terlebih dahulu. Seru juga ya pemasaran museumnya, jadi lebih banyak orang
yang dapat melihat museum ini. Waktu kita pulang pun ada pasangan yang akan
menikah di sana juga yang sedang survey tempat. Ga sangka kan museum bisa
juga jadi tempat melangsukan resepsi pernikahan. Tapi memang Museum Juang ini
bangunannya nyaman, gabungan usur modern dan etniknya dapet banget.
Nah, berhubung kita juga
baru dari undangan pernikahan, masih pakai batik, dress plus high heels dong.
Waktu kita mau beli tiket ya dapat tiket gratis, karena disangka juga tamu
undangan. Awalnya kita juga bingung dan manut-manut aja dikasih tiket dan
masuk, sampai di dalam baru ngeh kenapa, oalah rezeki Alhamdulillah. Tapi ya
kita cukup tau diri untuk ga ikut ambil prasmanan ya, haha, berhubung sudah
cukup kenyang, mungkin lain cerita kalau laper kali ya.
Emir happy banget di
sini, secara ya adem AC, dia bisa lari ke sana ke sini, lihat miniatur pesawat
dan kapal perang kesukaannya, lihat miniatur proses perjuangan, dan lihat
beberapa patung yang dipanggil-panggilnya.. Bapak, Bapak..
Hal berkesan lainnya adalah pajangan quotes Ir. Soekarno yang inspiratif dan keren banget, pada zamannya, di usianya bisa berpikiran seperti itu. Dari beberapa quotes yang dipajang, ini adalah favoritku;
Museum Sasmitaloka Jendral Besar A.H
Nasution
Lanjut kita ke Museum
A.H Nasution di jalan Teuku Umar No. 40, Jakarta Pusat, agak meragu sebenarnya karena kata suami ini merupakan rumah
pribadinya tempat peristiwa G30SPKI dan penembakan Ade Irma Nasution, duh duh.
Masuk ke sana ternyata museum ini free tiket, karena ga ada bacaan harga
tiket, loket, dan penjaganya pun mempersilahkan kami untuk langsung masuk ke
dalam.
Di dalamnya kita bisa
lihat isi rumah Jendral ini yang memang masih dibiarkan seperti aslinya, ruang tamunya, ruang kerjanya, buku-buku karya beliau
yang begitu banyak, foto-foto keluarganya, dan patung-patung yang ditempatkan
sesuai persitiwa ketika pasukan cakra birawa menembus masuk rumah, ketika
jendral melompat ke kedutaan Irak di sebelahnya, ketika anaknya tertembak, bahkan bekas peluru di langit-langit dan meja kayunya pun masih ada. Museum ini awalnya memang kediaman keluarga Jendral Nasution, sampai diresmikan oleh Bapak SBY sebagai museum.
Di
sini, waktu mau masuk kamar tempat kejadian, Emir ga mau masuk, takut,
dan mulai ngambang air matanya, jadi ya aku dan Emir kembali ke ruang tamu,
tunggu papahnya yang sedang keliling ditemani guide museum. Yah, namanya juga
anak-anak ya, lebih sensitive kan. Di ruang tamunya sih Emir kembali ceria.
Kemudian kita ke halaman belakang dan melihat mobil dinas bintang lima milik
Jendral A.H Nasution.
Dari kujungan ke museum
ini sih, Alhamdulillah dapat ilmu banyak. Baru tahu tentang cakra birawa, baru
tahu kalau Pierre Tendean itu ajudannya Jendral Nasution, yang tertembak karena
mengaku atau disangka Jendral Nasution, baru tahu kalau A.H Nasution itu
kepanjangan dari Abdul Haris Nasution, baru tahu kalau ternyata di Indonesia
sampai saat ini hanya ada 3 Jendral Besar berbintang lima; Jendral Besar
Soedirman, Jendral Besar Soeharto, dan Jendral Besar A.H. Nasution. Gak akan
pernah terlalu tua atau terlambat untuk tahu ya kan. Dari dulu soalnya kalau
ada pelajaran tentang G30SPKI, ada film-filmnya kayaknya otakku berusaha untuk
skip banyak hal, habis kan sadis banget ya untuk ukuran anak kecil mempelajari
hal seperti itu, walaupun ya memang harus tahu bahwa perjuangan merebut kemerdekaan
itu ya penuh darah dan air mata. Sampai dulu pernah kunjungan ke lubang buaya,
kebawa mimpi, dan sampai sekarang trauma berkepanjangan gitu deh sama hal-hal
yang menyangkut G30SPKI.
Hal menyenangkan
lainnya adalah kita di guide langsung, dijelaskan banyak hal oleh Bapak yang
bertugas di tempat, ga sempat tanya namanya siapa, tapi memang ramah dan begitu
tahu banyak hal, plus selalu menawarkan dirinya untuk memfoto kita di berbagai tempat. Bapak itu memang setiap hari bersama 2 temannya ditugaskan di
sana, beliau dari TNI, jadi ya wajar ya tahu banyak masalah sejarah yang
bersangkutan, dan kelihatan sekali mencintai perjuangan Bapak A.H Nasution dan
keluarganya.
Mungkin kalau nanti
Emir sudah SD dan dapat pelajaran sejarah, kita bisa kunjungan ulang ke museum
yang berhubungan ya, supaya lebih dapat ilmu dan otentik sejarahnya.